Salah satu penganan khas dari daerah-daerah di Nusantara adalah Tahu Sumedang yang tentunya berasal dari kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Warga SMPN 2 Pamulihan atau Masyarakat Sumedang pasti tidak asing lagi dengan jenis makanan yang satu ini. Selain dari rasanya yang enak kekhasan lain adalah warna, aroma dan kemasan tahu yang unik, berbeda dengan tahu yang lainnya. Makanan ini sudah ada cukup lama dan dijadikan makanan cemilan yang khas turun temurun, khususnya di Sumedang. Kekhasan masakan ini rupanya ikut berpengaruh pada popularitas nama Sumedang di Nusantara. Sebagai warga masyarakat yang tinggal di Sumedang tentu harus melestarikan tahu sumedang agar tak lekang oleh jaman. Tahu Sumedang jangan hanya di masak kemudian di konsumsi, tapi harus juga mulai diperhatikan aspek-aspek yang lain, misalnya nilai sejarah. Apakah kalian tahu bagaimana sejarah Tahu Sumedang?. Berikut kami kutip dari wikipedia tentang sejarah tahu Sumedang.
Bermula dari kreativitas yang dimiliki oleh istri Ongkino, yang memang semenjak awal sebagai orang yang pertama kali memiliki ide untuk memproduksi Tou Fu (dari bahasa Tionghoa, Hokkian "tau hu", yang berarti sama) yang lambat laun menjadi berubah nama menjadi "Tahu".
Tahun demi tahun, Ongkino beserta istri tercinta terus menggeluti usaha mereka hingga sekitar tahun 1917 anak tunggal mereka Ong Bung Keng menyusul kedua orang tuanya ke tanah Sumedang. Bung Keng kemudian melanjutkan usaha kedua orang tuanya yang sampai keduanya memilih kembali ke tanah kelahiran mereka di Hokkian, Republik Rakyat Cina.
Melalui alih generasi Ong Bung Keng, anak tunggal Ongkino, terus melanjutkan usaha yang diwariskan dari kedua orang tuanya hingga akhir hayatnya di usia 92 tahun. Di balik kemasyhuran tahu Sumedang ada pula kisah yang berbau mistik, seperti apa yang diceritakan cucu dari Ongkino, Suryadi. Sekitar tahun 1928, konon suatu hari tempat usaha sang kakek buyutnya, Ong Bung Keng, didatangi oleh Bupati Sumedang, Pangeran Soeria Atmadja yang kebetulan tengah melintas dengan menggunakan dokar dalam perjalanan menuju Situraja.
Kebetulan, sang Pangeran melihat seorang kakek sedang menggoreng sesuatu. Pangeran Soeria Atmadja langsung turun begitu melihat bentuk makanan yang amat unik serta baunya yang harum. Sang bupati, Pangeran Soeria Atmadja kemudian bertanya kepada sang kakek, "Maneh keur ngagoreng naon? (Kamu sedang menggoreng apa?)". Sang kakek berusaha menjawab sebisanya dan menjelaskan bahwa makanan yang ia goreng berasal dari Tou Fu China. Karena penasaran, sang bupati langsung mencoba satu. Setelah mencicipi sesaat, bupati secara spontan berkata dengan wajah puas, "Enak benar masakan ini! Coba kalau kamu jual, pasti laris!".
Tak lama setelah kejadian ini, Tahu Sumedang digemari oleh penduduk Sumedang dan kemudian sampai ke seluruh Indonesia.
Biasanya tahu sumedang di kemas khusus dengan keranjang yang dianyam dari bambu. Keranjang tersebut biasa disebut Bongsang.
Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan pembaca sekalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar