Bisa Jadi Pembunuh Massal



Ada dua ibadah, dimana syetan benar-benar senang menggangunya, sehingga menyebabkan kesulitan berkonsentrasi untuk mengingat Allah, meskipun dalam ibadah yang lain syetan juga bertindak sama. Hanya saja pada dua ibadah ini, syetan begitu rajin menggoda. Karena prioritas utamanya mengantarkan manusia kepada Allah.

Kedua ibadah tersebut adalah Sholat dan Dzikir. Ketika sholat -seperti yang kita alami- kita susah sekali Khusyu’, untuk berkonsentrasi atau mengingat bahwa kita dalam sholat, apalagi untuk mengingat, merasakan bahwa sebenarnya kita dalam keadaan menghadap kepada Sang Pencipta; Allah SWT.

Tidak jelas apa penyebabnya sehingga kita dalam sholat selalu mengkhayal dan melamun pada obyek yang imajinatif. Bahkan hal-hal yang -- ketika -- diluar sholat tak terfikirkan, anehnya justru ketika sholat kita bisa mengingatnya dengan sempurna, tentu saja semua ini adalah ulah dari syetan yang terlaknat, sehingga kita kehilangan rasa manisnya sholat dan nikmatnya melaksanakan perintah Allah yang semestinya kita banggakan, merasa terhormat karena dipercaya oleh Allah dan diberi kesempatan untuk menghadap kepadaNya.

Suatu hari ada seseorang yang mengadu kepada Abu Hanifah (Imam Hanafi) karena kehilangan barang, dia minta petunjuk dari beliau, bagaimana caranya supaya barang yang hilang tersebut bisa diketemukan kembali. Kemudian oleh Abu Hanifah disarankan supaya sholat semalam penuh. Dan orang tersebut akhirnya menuruti perintah beliau.

Disaat melakukan sholat tiba-tiba dia ingat barangnya yang hilang dengan sangat jelas dan akhirnya dia pun dapat menemukannya kembali. Ternyata ternyata dia hanya lupa, namun ketika sholat ia ingat. Kemudian dia memutuskan untuk tidak meneruskan sholatnya dan pergi menemui Abu Hanifah untuk melaporkan kejadian yang baru saja dialaminya. Abu Hanifah saat dilapori menjawab, “Sebenarnya aku sudah bisa menebak bahwa syetan tidak akan ridla kalau kamu sholat semalam penuh, karena itu dia ingatkan barang yang kamu lupa, sehingga kamu pun dapat menemukannya kembali. Sekarang teruskan sholatmu sampai semalam penuh dan jangan turuti kehendak syetan serta bersyukurlah kepada Allah”.

Begitu pula dzikir. Sebenarnya secara teori sulit bagi seseorang untuk mengucapkan sesuatu dengan sadar, selaras hati dan ucapan. Disaat kita menyebut mobil dihati kita pasti ada mobil dan seterusnya, yang rasanya susah sekali untuk menghilangkan bayangan mobil dari hati diwaktu kita menyebut kata mobil. Semestinya kaedah ini juga berlaku diwaktu kita berdzikir mengucapkan nama Allah, tetapi kenyataannya kita sulit sekali mengingat Allah. Mulut berdzikir, hati melayang kemana-kemana. Hal ini terjadi hampir kepada semua orang. Seakan-akan hal yang mustahil jadi nyata, yang nyata jadi mustahil.

Dalam ayat dijelaskan: “Maka akan Kami mudahkan baginya hal-hal yang sangat sukar.’’ Pada golongan tertentu, juga disebutkan: “Maka akan aku mudahkan baginya hal-hal yang sangat mudah sekali”
Banyak orang diantara kita yang tidak memahami ilmu tauhid mulai dari sifat wajib sampai sifat muhalnya Allah. Orang-orang yang buta tauhid sebenarnya akan menjadi sasaran empuk bagi syetan untuk dimurtadkan..
Ada kalangan jika lisannya berdzikir menyebut Nama Allah , lalu membayangkan Allah dan akan menghayalkan dengan kemampuan khayal mereka yang tidak dilindungi oleh ilmu tauhid yang kokoh, dikawatirkan Allah dibayangkan sebagai Dzat yang menyerupai makhlukNya, karena bagaimanapun kemampuan khayal tidak akan melewati batas alam ini. Kepada alam ghaib saja sudah kesulitan apalagi kepada Allah Ta’ala.

Kalau hal ini terjadi, dzikir yang dilakukan malah bisa mejerumuskan mereka ke jurang kekufuran yang berujung ke neraka selamanya. Alangkah celakanya seandainya Allah tidak melindungi mereka dari syetan.

Maka disinilah arti pentingnya seorang Mursyid yang senantiasa bisa menjaga murid-muridnya, apalagi ketika mengarungi Lautan Hakikat (bahrul haqiqat). Para murid bisa terlindungi dan terjaga dari khayalan tentang Allah secara menyimpang. Sehingga selamatlah murid dari kemurtadan yang sangat berbahaya, lepaslah dari gangguan syetan. Bahkan ia masuk dalam lindungan Allah yang Maha Indah dan Maha Sempurna.

Jika ada orang yang merasa jadi Mursyid, sementara ia tidak bertanggung jawab terhadap muridnya dari gangguan syetan, belum bisa melindungi, sekaligus mengantarkan wushul kepada Allah jangan sekali-kali menjadi mursyid. Justru ia akan menjadi “pembunuh massal”, lebih berbahaya ketimbang syetan sekali pun.

No comments: